ARAB SAUDI DAN PENGKHIANATAN
KELUARGA SAUD
Arab Saudi merupakan salah satu negara di Dunia Islam
yang cukup strategis, terutama karena di negara tersebut terdapat Baitullah di
Makkah yang menjadi pusat ibadah haji kaum Muslim seluruh dunia. Apalagi
perjalanan Islam tidak bisa dilepaskan dari wilayah Arab Saudi. Sebab, di
sanalah Rasulullah SAW lahir dan Islam bermula hingga menjadi peradaban besar
dunia. Arab Saudi juga sering menjadi rujukan dalam dunia pendidikan Islam
karena di negara tersebut terdapat beberapa universitas seperti King Abdul Aziz
di Jeddah dan Ummul Qura di Makkah yang menjadi tempat belajar banyak pelajar
Islam dari seluruh dunia. Dari negara ini, muncul Gerakan Wahabi yang banyak
membawa pengaruh di Dunia Islam. Lebih jauh, Saudi sering dianggap merupakan
representasi negara Islam yang berdasarkan al-Quran dan Sunnah. Namun demikian,
di sisi lain, Saudi juga merupakan negara yang paling banyak dikritik di Dunia
Islam. Sejak awal pembentukannya negara ini dianggap memberontak terhadap Khilafah
Utsmaniyah. Sejarahnya juga penuh dengan pertumpahan darah lawan-lawan
politiknya. Banyak pihak juga menyoroti tindakan keras yang dilakukan oleh
rezim ini terhadap pihak-pihak yang menentang kekuasaan Keluarga Saud. Tidak
hanya itu, Saudi juga dikecam karena
menyediakan daerahnya untuk menjadi pangkalan militer AS. Kehidupan keluarga
kerajaan yang penuh kemewahan juga banyak menjadi sorotan. Secara ekonomi,
Saudi juga menjadi incaran negara-negara besar di dunia karena faktor kekayaan
minyaknya. Bukan hanya itu kehancuran-kehancuran juga telah terjadi di Arab
Saudi.
Memberontak kepada Khilafah,
Bersekutu dengan Inggris
Secara resmi negara ini memperingati kemerdekaannya
pada tanggal 23 September. Pada saat itulah, tahun 1932, Abduk Aziz dikenal
juga dengan Sa’ud memproklamirkan berdirinya kerjaan Saudi Arabia (al-Mamlakah
al-‘Arabiyah as Su’udiyah). Abdul Aziz pada saat itu berhasil menyatukan
dinastinya; menguasai Riyadh ,
Nejed, Ha-a, Asir dan Hijaz. Abdul Aziz juga berhasil mempolitisasi pemahaman Wahabi
untuk mendukung kekuatan politiknya. Sejak awal, Dinasti Sa’ud secara terbuka
telah mengumumkan dukungannya dan mengadopsi penuh ide Wahabi yang dicetuskan
oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang kemudian dikenal dengan Gerakan
Wahabi. Dukungan ini kemudian menjadi kekuatan baru bagi Dinasti Sa’ud untuk
melakukan perlawanan terhadap khilafah Islamiyah.
Hanya saja, kebehasilan Dinasti Sa’ud ini tidak lepas
dari bantuan Inggris. Mereka bekerjasama untuk memerangi pemerintahan Khilafah
Islamiyah. Sekitar tahun 1792–1810, dengan bantuan Inggris mereka berhasil
menguasai beberapa wilayah di Damaskus. Hal ini membuat Khilafah Islamiyah
harus mengirim pasukannya untuk memadamkan pemberontakan ini. Fase pertama,
pemberontakan Dinasti Saud berhasil diredam setelah pasukan Khilafah Islamiyah
berhasil merebut kota
as-Diriyah. Namun kemudian, beberapa tahun kemudian, Dinasti Sa’ud, di bawah
pimpinan Abdul Aziz bin Abdurrahman, berupaya membangun kembali kekuatannya.
Apalagi pada saat itu, Daulah Khilafah Islamiyah semakin melemah. Pada tahun
1902, Abdul Aziz menyerang dan merebut kota Riyadh dengan membunuh
walinya (Gubernur Khilafah ar-Rasyid).Pasukan Abdul Aziz terus melakukan
penaklukan dan membunuh pendukung Khilafah Islamiyah dengan bantuan Inggris.
Salah satu sahabat dekat Abdul Aziz bin Abdurrahman
adalah Harry St. John Pilby, yang merupakan agen Inggris. Philby menjuluki
Abdul Aziz sebagai “Seorang Arab yang beruntung”, sementara Abdul Aziz
menjulukinya dengan “Bintang Baru dalam Cakrawala Arab”. Philby adalah orang
Inggris yang ahli Arab yang telah lama menjalin hubungan baik dengan keluarga
Sa’ud sejak misinya ke Najed pada tahun 1917. Pada tahun 1926, Philby tinggal
di Jeddah. Dikabarkan kemudian, Philby masuk Islam dan menjadi anggota dewan
penasihat pribadi Raja pada tahun 1930. (lihat : George Lenczowsky, Timur
Tengah di Tengah Kancah Dunia, hlm.351).
Kerjasama Dinasti Sa’ud dengan Inggris tampak dalam
perjanjian umum Inggris-Arab Saudi yang ditandatangani di Jeddah(20 Mei 1927).
Perjanjian itu, yang dirundingkan oleh Clayton, mempertegas pengakuan Inggris
atas ‘kemerdekaan lengkap dan mutlak’ Ibnu Sa’ud, hubungan non-agresi dan
bersahabat, pengakuan Ibnu Sa’ud atas kedudukan Inggris di Bahrain dan keemiran Teluk, serta
kerjasama dalam menghentikan perdagangan budak (ibidem, hlm.351). dengan
perlindugan inggris ini, Abdul Aziz (yang dikenal dengan Ibnu Sa’ud) merasa
aman dari berbagai rongrongan. Pada tahun 1916, Abdul Aziz menerima 1300
senjata dan 20.000 keping emas dari Inggris. Mereka juga berunding untuk
menentukan perbatasan negerinya, yang ditentukan oleh Percy Cox, utusan
inggris. Percy Cox mengambil pinsil dan kertas kemudian menentukan (baca :
memecah-belah) perbatasan negeri tersebut. Tidak hanya itu, inggris juga
membantu Ibnu Sa’ud saat terjadi perlawanan dari Duwaish (salah satu suku
Nejed). Suku ini menyalahkan Ibnu Saud yang dianggap terlalu menerima inovasi
Barat. Sekitar tahun 1927-1928, Angkatan Udara Inggris mengebom suku tersebut.
Mengingat kerjasama mereka yang sangat erat, Inggris memberi gelar
kebangsawanan ‘sir’ untuk Abdul Aziz bin Abdurrahman.
Persahabatan dengan AS
Persahabatan Saudi dengan AS diawali dengan
ditemukannya ladang minyak di negara itu. Pada 29 mei 1933. Standart Oil
Company dari California
memperoleh konsesi selama 60 tahun. Perusahaan ini kemudian berubah nama
menjadi Arabian Oil Company pada tahun 1934. pada mulnya, pemerintahan AS tidak
begitu peduli dengan Saudi. Namun setelah melihat potensi besar minyak negara
tersbut, AS dengan agresif berusaha merangkul Saudi. Pada tahun 1944, Deplu AS
menggambarkan daerah tersebut sebagai, “Sumber yang menakjubkan dari kekuatan
strategi dan hadiah material yang terbesar dalam sejarah dunia (a stupendous
source of strategic power and the greatest material prize in the world’s
history).”
Untuk kepentingan minyak secara khusus wakil
perusahaan Aramco, James A.
Moffet.menjumpai Presiden Roosevelt (April 1941) untuk mendorong
pemerintah AS memberikan pinjaman utang kepada Saudi. Utang inilah yang kemudian
semakin menjerat negara tersebut menjadi ‘budak AS’. Pada tahun 1946, Bank
Ekspor-Impor AS memberikan pinjaman kepada Saudi sebesar $10 juta dolar. Tidak
hanya itu, AS juga terlibat langsung dalam ‘membangun’ Saudi menjadi negara
modern, antara lain dengan memberikan pinjaman sebesar $100 juta dolar untuk
pembangunan jalan kereta api yang menghubungkan ibukota dengan pantai timur dan
darat. Tentu saja, utang ini kemudian semakin menjerat Saudi.
Konsesi lain dari persahabatan Saudi-AS ini adalah
penggunaan pangkalan udara selama tiga tahun oleh AS pada tahun 1943 yang
hingga saat ini terus dilanjutkan. Pangkalan Udara Dhahran menjadi pangkalan
militer AS yang paling besar dan lengkap di Timur Tengah. Hingga saat ini,
pangkalan ini menjadi basis strategis AS, terutama saat menyerang negeri Muslim
Irak dalam Perang Teluk II. Penguasa keluarga Kerajaan Saudi dengan ‘sukarela’
membiarkan wilayahnya dijadikan basis AS untuk membunuhi sesama saudara Muslim.
AS pun kemudian sangat senang dengan kondisi ini. Pada tahun 1947, saat Putra Mahkota
Emir Saud berkunjung ke AS, dia menerima penghargaan Legion of Merit atas
jasanya kepada sekutu selama perang. Hingga saat ini, persahabatan AS dengan Saudi terus
berlanjut walaupun harus menyerahkan loyalitasnya kepada AS dan membunuh sesama
Muslim.
Negara Islam Semu. Salah satu kehebatan negara Saudi selama
ini adalah keberhasilannya dalam menipu kaum Muslim, seakan-akan negaranya
merupakan cerminan dari negara Islam yang menerapkan al-Quran dan Sunnah.
Keluarga Kerajaan juga menampilkan diri mereka sebagai pelayan umat hanya
karena di negeri mereka ada Makkah dan Madinah yang banyak dikunjungi oleh kaum
Muslim seluruh dunia. Saudi juga terkesan banyak memberikan bantuan kepada
kelompok-kelompok Islam maupun negeri-negeri Islam untuk mencitrakan mereka
sebagai ‘pelayan umat’ dan penjaga dua masjid suci (Khadim al-Haramain).
Akan tetapi, citra seperti itu semakin pudar mengingat
sepak terjang keluarga Kerajaan selama ini, terutama persahabatannya dengan AS
yang mengorbankan kaum Muslim. Arab Saudi menjadi pendukung penuh AS baik
secara politis maupun ekonomi dalam Perang Teluk II. Saudi juga mendukung
serangan AS ke Afghanistan
dan berada di sisi Amerika untuk memerangi teroris. Untuk membuktikan
kesetiaannya itu, Saudi, pada 17 Juni 2002 mengumumkan bahwa aparat keamanannya
telah menahan enam orang warga negaranya dan seorang warga Sudan yang didakwa
menjadi anggota Al-Qaeda. Tujuh orang itu didakwa berencana untuk menyerang
pangkalan militer Amerika dengan rudal SAM 7. Masih dalam rangka kampanye AS
ini, Saudi menghabiskan jutaan dolar untuk membuat opini umum – antara lain
lewat iklan - bahwa Saudi adalah mitra AS dalam “perang antiterorisme.” (K.Com
Newsweek, 03/5/2002).
Penguasa Saudi juga dikenal kejam terhadap
kelompok-kelompok Islam yang enkritisi kekuasaannya. Banyak ulama berani dan
salih yang dipenjarakan hanya karena mengkritik keluarga kerajaan dan
pengurusannya terhadap umat. Tidak hanya itu, tingkah pola keluarga Kerajaan
dengan gaya
hidup kapitalisme sangat menyakitkan hati umat. Mereka hidup bermewah-mewah,
sementara pada saat yang sama mereka membiarkan rakyat Irak dan Palestina hidup
menderita akibat tindakan AS yang terus-menerus dijadikan Saudi merupakan
negara Islam?Benarkah Saudi merupakan negara Islam? Jawabannya, “Tidak sama sekali!” apa yang
dilakukan oleh negara itu justru banyak yang dilakukan oleh negara ini justru
banyak yang menyimpang dari syariat Islam. Beberapa bukti antara lain:
Berkaitan dengan sistem pemerintahan, dalam pasal 5a Konstitusi Saudi ditulis: Pemerintah
yang berkuasa di Kerajaan Saudi adalah Kerajaan. Dalam Sistem Kerajaan berarti
kedaulatan mutlak ada di tangan raja. Rajalah yang berhak membuat hukum.
Meskipun Saudi menyatakan bahwa negaranya berdasarkan pada Al-Quran dan Sunnah,
dalam prakteknya, dekrit rajalah yang paling berkuasa dalam hukum. Sementara
itu, dalam Islam, bentuk negara adalah Khilafah Islamiyah, dengan kedaulatan
ada di tangan Allah SWT.
Dalam sistem kerajaan, rajalah yang juga menentukan siapa
penggantinya; biasanya adalah anaknya atau dari keluarga dekat, sebagaimana
tercantum dalam pasal 5c: Raja memilih penggantinya dan diberhentikan lewat
dekrit kerajaan. Siapa pun mengetahui, siapa yang menjadi raja di Saudi
haruslah orang yang sejalan dengan kebijakan AS. Sementara itu, dalam Islam,
Khalifah dipilih oleh rakyat secara sukarela dan penuh keridhaan.
Dalam bidang ekonomi¸dalam praktiknya, Arab Saudi menerapkan
sistem ekonomi kapitalis. Ini tampak nyata dari dibolehkannya riba (bunga)
dalam transaksi nasional maupun internasional di negara itu. Hal ini tampak
dari beroperasinya banyak bank ‘ribawi’ di Saudi seperti The British-Saudi
Bank, American-Saudi Bank dan Arab Natinal Bank. Hal ini dibenarkan berdasarkan
bagian b pasal 1 undang-undang yang dikeluarkan oleh Raja (no M/5 1386 H).
Saudi juga penyumbang ‘saham’ IMF, organisasi
internasional bentuk AS yang manjadi ‘lintah darat’ yang menjerat Dunia islam
dengan riba. Saudi adalah penenam saham no. 6 yang terbesar dalam organisasi
itu. Ada bukti
lain yang menunjukkan bahwa ekonomi saudi adalah ekonomi kapitalis, yakni bahwa
Saudi menjadi tambang minyak sebagai tambang minyak sebagai milik individu
(keluarga kerajaan dan perusahaan asing), padahal minyak adalah milik umum
(milkiyah ‘amanah) yang tidak boleh diberikan kepada individu.
Kerajaan Saudi juga dibangun atas dasar rasialisme dan
nasionalisme. Hal ini tampak dari pasal 1 Konstitusi Saudi yang tertulis :
Kerajan Saudi adalah negara islam arab yang berdaulat (a sovereign Arab Islamic
State). Sementara itu, dalam islam, khilafah adalah negara islam bagi seluruh
kaum muslimin didunia, tidak hanya khusus orang arab. Tidak mengherankan kalau
di Saudi ada seorang muslim yang bukan Saudi baru bisa memiliki bisnis atau
tanah di Saudi kalau memiliki partner warga saudi. Atas dasar kepentingan
Nasional, Raja Fatd pada 1997 mengusir ribuan muslim diluar Saudi (sebahagian
besar dari India, Pakistan, Mesir, dan Indonesia) dari Arab Saudi karena mereka
dicap sebagai pekerja ilegal . Bahkan, untuk beribadah haji saja mereka harus
memiliki paspor dan visa. Sementara itu, dalam islam, setiap muslim boleh
bekerja dan bepergian diwilayah manapun dari Daulah Khilafah Islamiyah dengan
bebas. Pada saat yang sama, saudi mengundang ratusan non-Muslim dari Eropa dan
tentara Amerika untuk bekerja di Saudi dan menempati pangkalan militer dinegara
itu. Tidak hanya itu, demi keamanan keluarga Kerajaan, berdasarkan data
statistik kementerian pertahanan AS, negara-negara Teluk (termasuk Saudi) sejak
tahun 1990-november 1995 telah menghabiskan lebih dari 72 milliar dolar dalam
kontrak kerja sama militer dengan AS tinggal di Saudi.
Apa yang terjadi di Saudi saat ini hanyalah salah satu
contoh diantara sekian banyak contoh para penguasa Muslim yang melakukan
pengkhianatan kepada umat. Tidak jarang, para penguasa penghianat umat ini
menanamkan rezim mereka dengan sebutan negara islam atau negara yang berdasarkan
Al-Qur’an dan sunnah. Meskipun pada prakteknya jauh dari islam. Karenanya, umat
islam wajib menyadari kewajiban menegakkan Daulah khilafah islamiyah yang sahih
bukan semu. Daulah Khilafah Islamiyah inilah yang akan menerapkan hukum-hukum
islam secara menyeluruh, yang pada giliran akan menyelesaikan berbagai
persoalan umat ini. Tentu saja, hal ini harus dibarengi dengan melengserkan
para penguasa pengkhianatan ditengah kaum muslimin. Inilah kewajiban kita semua
saat ini. [FW]
Kehancuran Kota Makkah, Madinah
dan Ta'if
Dari segi kemajuan tekhnologi tata ruang bangunan dan
interior sebuah kota, Madinah sangat cantik dan modern serta memiliki kemajuan
yang sangat pesat sekali, terutama bangunan-bangunan diseputar Masjid Nabawi
dan tempat-tempat sekitar radius 5-10 kilometer
dari Masjid Nabawi. Namun dari sudut pandang sejarah, kota ini seakan-akan tidak memiliki lagi
latar belakang sejarah kegemilangan Islam di masa lalu. Situs-situs sejarah
banyak yang dihilangkan oleh pemerintah KSA yang berfaham wahabi, seakan-akan kota ini ingin dirubah
seperti Newyork atau ala Singapura.
Perubahan dan penghancuran yang terjadi adalah :
1. Masjid
Qiblatain, (masjid 2 kiblat), dulu tahun 1993 masjid ini memiliki 2 mimbar,
satu menghadap Makkah, satu lagi menghadap Baytul Maqdis. Pada mimbar baytul
maqdis tertulis dengan berbagai bahasa termasuk dalam bahasa indonesia, yang
menceritakan bahwa mimbar ini sebelumnya digunakan sebagai mimbar Rosululloh
SAW ketika sholat menghadap baqtul maqdis, namun setelah turun ayat
(al-Isro..?) yang memerintahkan untuk merubah qiblat dari menghadap masjidil
aqsho ke masjidil harom, Rosululloh SAW berpindah ke mimbar yang sekarang
menghadap Masjidil harom (mimbar ke 2). Tapi sekarang ; mimbar yang menghadap
Masjidil Aqso sudah dihilangkan sehingga tidak ada tanda lagi bahwa masjid ini
memiliki 2 kiblat, sehingga sudah hilang nilai sejarahnya. "Masjid
qiblatain" hanyalah tinggal sebuah nama saja, mimbarnya tinggal 1,
sepantasnya nama pun berubah menjadi Masjid Qiblat, karena mimbarnya hanya
satu.
2. Parit Handak, yang pernah digunakan Rosululloh SAW
untuk menghalau musuh dalam peperangan, dulu tahun 1993 masih ada berupa
gundukan tanah yang digali seperti lobang saluran air yang panjang, tapi kini khandak
hanya tinggal nama, lokasinya sudah diuruk rata.
3. "Tanah basah" tempat dimana Syadina
Hamzah terbunuh pada perang uhud, sekarang sudah ditutup dengan aspal yang
tebal dan dijadikan lokasi parkir kendaraan. Tapi anehnya, walupun sudah
dilapisi dengan aspal, aspalnya tetap basah hingga sekarang walaupun sudah 14
abad terpanggang sinar matahari. Konon tanah ini tetap menangis selama-lamanya
karena ditumpahi darah Saydina Hamzah Rodiallohu-anhu, seorang yang sangat
gagah berani di medan
Uhud, sehingga terus-menerus basah walaupun sudah ditutup dan dilapisi aspal
yang tebal.
4. Kota Madinah sebetulnya memiliki sebuah sumur abadi
seperti halnya sumur zam-zam di Makkah, perbedaannya kalau sumur zam-zam itu
asalnya adalah peninggalan Nabi Ibrahim AS, ketika Siti Hajar istrinya mencarikan
air untuk memberi minum putranya Nabi Ismail AS. Tapi kalau di Madinah adalah
peninggalan Rosululloh SAW, yang masih tetap mengeluarkan air hingga sekarang.
Namanya adalah sumur "Tuflah", lokasinya dipinggiran kota Madinah. Tuflah asal
katanya berarti air ludah, sumur ini dibuat semasa Rosululloh SAW dalam
perjalanan menuju kota
Madinah, namun ketika itu kehabisan persediaan air. Akhirnya Rosululloh SAW
dengan mu'jizatnya meludahi dengan air ludahnya sendiri suatu tempat di padang pasir yang gersang
itu, dan saat itu juga tanah itu mengeluarkan air dan hingga sekarang dijadikan
sebuah sumur yang airnya sangat jernih sejernih zam-zam, dan tetap mengalirkan
air hingga sekarang. Tapi sangat disayangkan, sumur ini sudah jelas sebagai peninggalan
sejarah dimasa Rosululloh SAW, tidak dilestarikan sama-sekali bahkan dibiarkan
saja oleh Pemerintah KSA sehingga nampak kusam dan tidak terurus sama-sekali.
5. Maqam Zaid bin al-Khattab r.a yang gugur sebagai
syuhada' Yamamah ketika menumpaskan gerakan Nabi Palsu (Musailamah al-Kazzab)
di negeri Yamamah ketika akan dihancurkan dihalang-halangi oleh ahli kaum Badwi yang
tinggal berdekatan maqam tersebut tapi usaha mereka itu gagal karena pihak
kerajaan menyediakan 600 orang tentera untuk merobohkan maqam itu. Di Ta'if maqam
Ibnu Abbas r.a juga dibongkar termasuk juga kubah yang didirikan di atas kubur
Saiditina Khadijah r.a, isteri Nabi kita Muhammad SAW.
6. Bukan hanya itu tempat-tempat bersejarah Islam
seperti rumah tempat lahir Nabi, rumah Ummul Mu’minîn Khadijah, tempat tinggal
Nabi dihancurkan. Merobohkan puluhan kubah di Ma’la, termasuk kubah tempat
kelahiran Nabi SAW, memusnahkan kubah zamzam, tempat kelahiran Sayyidina Abu
Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin
Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin
sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga
mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin
tersebut.[ Takmilah al-Sayf al-Sayqal, h.190, untuk penelitian selanjutnya,
lihat: Al-Jabarti, Kasyf al-Irtiyab, h.40.] Mereka masuk ke Mekkah pada 1806,
dan merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang terbuat dari sutra. Meruntuhkan kubah-kubah
di atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma’la (Mekkah), di Baqi’
dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan
mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan,
yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan
dijadikan tempat parkir onta, namun karena gencarnya desakan kaum Muslimin
International maka dibangun perpustakaan. Kaum Wahabi benar-benar tidak pernah
menghargai peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam. Begitu
pula seluruh rangkaian yang menjadi manasik haji akan dimodifikasi termasuk
maqom Ibrahim akan digeser tapi karena banyak yang menentangnya maka
diurungkan. Pengembangan kota
suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tidak mempedulikan situs-situs sejarah
Islam. Makin habis saja bangunan yang menjadi saksi sejarah Rasulullah SAW dan
sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena khawatir dijadikan tempat keramat.
Bahkan sekarang, tempat kelahiran Nabi SAW terancam akan dibongkar untuk
perluasan tempat parkir. Sebelumnya, rumah Rasulullah pun sudah lebih dulu
digusur. Padahal, disitulah Rasulullah berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat
itu juga putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah meninggal.
7. Yang lebih mengenaskan lagi goncangan pertama
terhadap dunia Islam yaitu, rumah Abdul Muthalib dijadikan WC, rumahnya Abu
Thalib dijadikan kandang khimar Kalau tidak diprotes kaum Muslimin sedunia,
kuburan Nabi pun sudah diratakan dengan tanah. 300 bangunan bersejarah di
Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir. Sebagian besar
bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada 1932.
Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang
dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat
tersebut tertulis, ”Pelestarian bangunan
bangunan bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim pada penyembahan berhala”
Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka
banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam sejak masa Ar-Rasul SAW.
Sebaliknya mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli purbakala) dari
seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali
peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun
sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan bangga mereka menunjukkan
bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, tidak
diragukan lagi ini merupakan pelenyapan bukti sejarah yang akan menimbulkan
suatu keraguan di kemudian hari.
Mungkinkah wahabi tidak terlalu suka peninggalan
Rosululloh SAW? Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi
ala Wahabi. Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan wahabisme paling punya
andil dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang situs-situs sejarah itu bisa
mengarah kepada pemujaan berhala baru. Pada bulan Juli yang lalu, Sami Angawi,
pakar arsitektur Islam di wilayah tersebut mengatakan bahwa beberapa bangunan
dari era Islam kuno terancam musnah. Pada lokasi bangunan berumur 1.400 tahun
Itu akan dibangun jalan menuju menara tinggi yang menjadi tujuan ziarah jamaah
haji dan umrah.
Pembantaian, perampok harta
dan pemerkosaan
Pada bulan April tahun 1801, mereka membantai kaum Syi’ah
di Karbala'. Seorang penulis Wahhabi menulis: ‘Pengikut Ibnu Su’ud mengepung
dan kemudian menyerbu kota
itu. Mereka membunuh hampir semua orang yang ada di pasar dan rumah-rumah.
Harta rampasan [ghanimah] tak terhitung Mereka hanya datang pagi dan pergi
tengah hari, mengambil semua milik mereka. Hampir dua ribu orang dibunuh di Karbala ’ . Muhammad
Finati, seorang mualaf Italia yang ikut dalam pasukan Khalifah ‘Utsmaniyyah
yang mengalahkan kaum Wahhabi menulis : ‘Sebagian dari kami yang jatuh
hidup-hidup ke tangan musuh yang kejam dan fanatik itu, .dipotong-potong kaki
dan tangan mereka secara semena-mena dan dibiarkan dalam keadaan demikian.
Sebagian dari mereka, aku saksikan sendiri dengan mata kepala tatkala kami
sedang mundur. Mereka yang teraniaya ini hanya memohon agar kami berbelas kasih
untuk segera mengakhiri hidup mereka.’ Kabilah-kabilah yang tidak mau mengikuti
mazhab mereka dianggap kafir ‘yang halal darahnya’. Dengan demikian mereka
tidak dinamakan perampok dan kriminal lagi, tapi kaum ‘mujahid’ yang secara
teologis dibenarkan membunuh kaum ‘kafir’ termasuk wanita dan anak-anak,
merampok harta dan memperkosa istri dan putri-putri mereka yang dianggap sah
sebagai ghanimah. Hanya sedikit yang dapat melarikan diri. Setelah lebih dari
100 tahun kemudian, kekejaman itu masih juga dilakukan. Tatkala memasuki kota Tha’if tahun 1924,
mereka menjarahnya selama tiga hari. Para qadi
dan ulama diseret dari rumah-rumah mereka, kemudian dibantai dan ratusan yang
lain dibunuh. Mereka juga telah membantai ribuan orang di Makkah dan Madinah
serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang dinamakan Saudi). Tidakkah
anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri dari para ulama yang sholeh
dan alim, bahkan anak-anak serta balita pun mereka bantai di hadapan ibunya.
Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun 1805. Semua itu mereka lakukan
dengan dalih memberantas bid’ah. Pernah suatu ketika salah seorang lelaki buta
yang memiliki suara yang bagus bertugas sebagai muadzin, dia telah dilarang
mengucapkan shalawat di atas menara, namun lelaki itu selesai melakukan adzan
membaca shalawat, maka langsung seketika itu pula dia diperintahkan untuk
dibunuh, kemudian dibunuhlah dia, setelah itu Muhammad bin Abdul Wahhab berkata
: “perempuan-perempuan yang berzina dirumah pelacuran adalah lebih sedikit
dosanya daripada para muadzin yang melakukan adzan di menara2 dengan membaca
shalawat atas Nabi. Golongan yang lain adalah sesat dan bid’ah serta lebih
berbahaya daripada golongan fasik Salafi meyakini golongan lain yang berbeda
dengan mereka sebagai sesat dan ahlu bid’ah. Golongan bi’dah ini lebih
berbahaya dari pada golongan fasik (pelaku maksiat), karena golongan fasik
masih bisa dinasehati dan diajak kejalan yang benar karena mereka tahu telah
berbuat maksiat, sedangkan ahlu bid’ah tidak tahu bahwa mereka telah sesat,
sehingga sulit untuk diajak kejalan yang benar. “Sebab pelaku maksiat masih
bisa diharap untuk bertaubat, karena dia merasa berdosa dan tahu bahwa dirinya
berbuat maksiat. Berbeda dengan ahli bid’ah, sedikit sekali kemungkinannya
untuk bertaubat. Karena mubtadi’ (pelaku bid’ah) menyangka kalau dirinya diatas
kebenaraan, dan menyangka bahwa dirinya orang yang taat serta diatas ketaatan.
Tiada lain semua peristiwa diatas terjadi akibat faham
yang telah ditanamkan oleh MUHAMMAD BIN
ABDUL WAHAB kesetiap hati-hati orang islam dan faham ini juga telah
disuntikkan kepada yang lemah keyakinannya, yang sedikit ilmunya, yang banyak
makarnya, orang yang kurang akalnya atau orang jahat yang tidak memiliki
pemahaman yang telah merebak keseluruh dunia termasuk Indonesia .
Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dari keluarga klan Tamim
yang menganut mazhab Hanbali. Ia lahir di desa Huraimilah, NAJED, yang kini bagian dari Saudi Arabia, tahun 1111 H
[1700 M] Masehi dan meninggal di Dar’iyyah. tahun 1206 H [1792 M.]. Ia sangat
terpengaruh oleh tulisan-tulisan seorang ulama besar bermazhab Hanbali bernama
Ibnu Taimiyah yang hidup di abad ke 4 M.. Untuk menimba ilmu, ia juga mengembara
dan belajar di Makkah, Madinah, Baghdad dan Bashra [Irak], Damaskus[Syria],
Iran, termasuk kota Qum, Afghanistan dan India
AS-Sayyid Ahmad ibn Zayni As Syafii (d.
1304/1886) Mufti Mekkah dan syaikhul
Islam dan pemimpin agama tertinggi untuk daerah Hijaz dalam kitabnya Fitnat al-Wahhabiyyah menulis hadist-hadits Nabi SAW telah sangat jelas
menerangkan : Fitnah itu datangnya dari sini, fitnah itu datangnya dari arah
sini, sambil menunjukkan ke arah timur NAJED,
(tempat lahirnya Muhammad Bin Abdul
Wahab) (HR. Muslim dalam Kitabul Fitan)
“Akan keluar dari arah timur (NAJED) segolongan manusia yang membaca Al-Qur’an namun
tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar
dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa
kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda
mereka ialah bercukur (Gundul).” (HR Bukho-ri no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis
ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban
Nabi SAW pernah berdo’a: “Ya Allah, berikan kami
berkah dalam negara Syam dan Yaman,” Para sahabat berkata: Dan dari NAJED, wahai Rasulullah, beliau
berdo’a: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman, dan pada
yang ketiga kalinya beliau SAW bersabda: “Di sana (NAJED) akan ada keguncangan fitnah serta di sana pula akan
muncul tanduk syaitan.”, Dalam riwayat lain : dua tanduk syaitan. Siapa lagi syaitan yang disebutkan oleh Rasulullah
kalau bukan Muhammad Bin Abdul Wahab dan Muhammad bin Su’ûd
“Dan barang siapa yang
menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan
jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami
masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali
(QS: An-Nisa 115)
Dalam keterangan Zaini Dahlan yang lain dikatakan bahwa
“ bapaknya `Abd al-Wahhab, saudaranya Sulayman dan guru-gurunya telah dapat
mengenali tanda2 penyelewengan agama (ilhad) dalam dirinya yang didasarkan
kepada perkataan, perbuatan dan tentangan Muhammad bin abd wahab terhadap
banyak persoalan agama.”[ Zaini Dahlan, al-Futuhat al-Islamiyah, Vol. 2,
h.357.] dari kalangan para ulama dan huffadz juga telah banyak menolak faham wahabi
diantaranya : Al-Amrawi, Abdul Hayy, dan Abdul Hakim Murad (Universitas
Qarawiyyin, Maroko): Al-tahdhir min al-ightirar bi ma ja'a fi kitab al-hiwar. Al-Buti,
Dr. Muhammad Sa`id Ramadan (Universitas Damaskus): Al-salafiyyatu marhalatun
zamaniyyatun mubarakatun la madhhabun islami. Al-Shatti al-Athari al-Hanbali,
al-Sayyid Mustafa ibn Ahmad ibn Hasan, Mufti dari Syria : dengan tulisannya: al-Nuqul
al-shar'iyyah fi al-radd 'ala al-Wahhabiyya dan masih banyak lagi
Masjid As Salafi Dibakar
Massa Rabu, 21 Juni 2000,
@19:39 WIB
Pekanbaru -- Sebuah masjid di Dusun Kubang, Desa
Teratak Buluh, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar (Riau), Rabu (21/6) siang
menjadi sasaran amuk massa .
Rumah ibadah itu dirusak dan dibakar karena dicurigai tempat penyebaran ajaran
sesat. Camat Siak Hulu, Drs. Jamaluddin Wahid kepada wartawan di tempat
kejadian peristiwa (TKP) membenarkan hal itu. Diakuinya, sebelum aksi pengerusakan
dan pembakaran, sejumlah warga memang sudah melaporkan adanya ajaran sesat di
kampung mereka. "Tetapi saya benar-benar tidak tahu, massa ini kembali ke masjid jamaah As-Syalafi
untuk melakukan tindakan anarkis, seperti pengerusakan dan pembakaran,"
ujarnya. Jamaluddin sangat menyesalkan terjadinya peristiwa tadi. Apalagi yang
dipertikaikan hanya menyangkut masalah khilafiah agama yang tidak terlalu
tajam. Persoalan tersebut bisa diselesaikan secara musyawarah dan mufakat.
Ketua Pemuda Dusun Kubang, H. Abdul Muis saat dikonfirmasikan Berpolitik.Com
menyatakan, ajaran As-Syalafi itu merupakan agama sesat. Semisal, membaca Surat
Yasin merupakan suatu dosa yang dikategorikan sama dengan berzina. "Selain
itu, ajaran yang sempat berkembang pada sebelas Kepala Keluarga (KK) juga tidak
memperbolehkan mewudhukan, mensholatkan, dan mendoakan orang yang sudah
meninggal dunia," tukasnya.
Pernah, lanjut Abdul Muis, seorang warga diceraikan
suaminya gara- gara tidak mau ikut jamaah As-Syalafi. Ajaran ini, menurutnya,
sudah berlangsung selama setahun lebih. Para
jamaahnya melakukan wirid pengajian setiap hari Selasa dari ketua masjid yang
kini sudah menjadi abu yakni H. Samid dan ustadznya, Zul Akmal. Pemantuan
Berpolitik.Com di TKP menemukan, aksi itu tidak saja melibatkan para pemuda dan
kaum lelaki tapi juga ibu rumah tangga. "Terus terang kami jengkel dengan
jemaah ini. Masak karena tidak mau mengikuti pengajian setiap Selasa, seorang
kaum kami diceraikan suaminya," tukas Ny. Aisyah lagi. **
Rasulullah saw juga bersabda: “ Apabila bid`ah timbul
dan orang-orang yang terkemudian daripada umat ini melaknat orang-orang yang
terdahulu, maka barang siapa yang memiliki keilmuan, maka hendaklah
menyampaikannya. Sesungguhnya orang yang menyembunyikan keilmuannya pada hari
itu seumpama orang yang menyembunyikan apa yang diturunkan Allah kepada
Muhammad.”
Para Siddiqin r.a
dari keluarga Rasulullah saw mengatakan bahwa: “ Apabila bid`ah lahir,
maka orang alim hendaklah menzahirkan keilmuannya, sekiranya dia tidak berbuat
demikian, cahaya keimanan (Nur al-Iman) akan hilang.”
Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka
mengaku-aku sebagai faham yang hanya berpegang teguh pada Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Kebenaran yang sesunggguhnya telah terlihat ahli syirik dan ahli
bid’ah yang sesungguhnya adalah MUHAMMAD
BIN ABDUL WAHAB DAN PENGIKUTNYA. Bagi anda yang telah terlanjur
mengikuti jejaknya. ALLAH SWT masih tetap membuka pintu taubatnya.
Selahkan bertanya atau komentar dan beri saran atau masukkan ^_^
Di larang mengirim link aktif (link aktif otomatis di hapus)