-->

ARAB SAUDI DAN PENGKHIANATAN KELUARGA SAUD

Wednesday 18 November 2015

ARAB SAUDI DAN PENGKHIANATAN KELUARGA SAUD

ARAB SAUDI DAN PENGKHIANATAN KELUARGA SAUD
Arab Saudi merupakan salah satu negara di Dunia Islam yang cukup strategis, terutama karena di negara tersebut terdapat Baitullah di Makkah yang menjadi pusat ibadah haji kaum Muslim seluruh dunia. Apalagi perjalanan Islam tidak bisa dilepaskan dari wilayah Arab Saudi. Sebab, di sanalah Rasulullah SAW lahir dan Islam bermula hingga menjadi peradaban besar dunia. Arab Saudi juga sering menjadi rujukan dalam dunia pendidikan Islam karena di negara tersebut terdapat beberapa universitas seperti King Abdul Aziz di Jeddah dan Ummul Qura di Makkah yang menjadi tempat belajar banyak pelajar Islam dari seluruh dunia. Dari negara ini, muncul Gerakan Wahabi yang banyak membawa pengaruh di Dunia Islam. Lebih jauh, Saudi sering dianggap merupakan representasi negara Islam yang berdasarkan al-Quran dan Sunnah. Namun demikian, di sisi lain, Saudi juga merupakan negara yang paling banyak dikritik di Dunia Islam. Sejak awal pembentukannya negara ini dianggap memberontak terhadap Khilafah Utsmaniyah. Sejarahnya juga penuh dengan pertumpahan darah lawan-lawan politiknya. Banyak pihak juga menyoroti tindakan keras yang dilakukan oleh rezim ini terhadap pihak-pihak yang menentang kekuasaan Keluarga Saud. Tidak hanya  itu, Saudi juga dikecam karena menyediakan daerahnya untuk menjadi pangkalan militer AS. Kehidupan keluarga kerajaan yang penuh kemewahan juga banyak menjadi sorotan. Secara ekonomi, Saudi juga menjadi incaran negara-negara besar di dunia karena faktor kekayaan minyaknya. Bukan hanya itu kehancuran-kehancuran juga telah terjadi di Arab Saudi.
Memberontak kepada Khilafah, Bersekutu dengan Inggris
Secara resmi negara ini memperingati kemerdekaannya pada tanggal 23 September. Pada saat itulah, tahun 1932, Abduk Aziz dikenal juga dengan Sa’ud memproklamirkan berdirinya kerjaan Saudi Arabia (al-Mamlakah al-‘Arabiyah as Su’udiyah). Abdul Aziz pada saat itu berhasil menyatukan dinastinya; menguasai Riyadh, Nejed, Ha-a, Asir dan Hijaz. Abdul Aziz juga berhasil mempolitisasi pemahaman Wahabi untuk mendukung kekuatan politiknya. Sejak awal, Dinasti Sa’ud secara terbuka telah mengumumkan dukungannya dan mengadopsi penuh ide Wahabi yang dicetuskan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang kemudian dikenal dengan Gerakan Wahabi. Dukungan ini kemudian menjadi kekuatan baru bagi Dinasti Sa’ud untuk melakukan perlawanan terhadap khilafah Islamiyah.
Hanya saja, kebehasilan Dinasti Sa’ud ini tidak lepas dari bantuan Inggris. Mereka bekerjasama untuk memerangi pemerintahan Khilafah Islamiyah. Sekitar tahun 1792–1810, dengan bantuan Inggris mereka berhasil menguasai beberapa wilayah di Damaskus. Hal ini membuat Khilafah Islamiyah harus mengirim pasukannya untuk memadamkan pemberontakan ini. Fase pertama, pemberontakan Dinasti Saud berhasil diredam setelah pasukan Khilafah Islamiyah berhasil merebut kota as-Diriyah. Namun kemudian, beberapa tahun kemudian, Dinasti Sa’ud, di bawah pimpinan Abdul Aziz bin Abdurrahman, berupaya membangun kembali kekuatannya. Apalagi pada saat itu, Daulah Khilafah Islamiyah semakin melemah. Pada tahun 1902, Abdul Aziz menyerang dan merebut kota Riyadh dengan membunuh walinya (Gubernur Khilafah ar-Rasyid).Pasukan Abdul Aziz terus melakukan penaklukan dan membunuh pendukung Khilafah Islamiyah dengan bantuan Inggris.
Salah satu sahabat dekat Abdul Aziz bin Abdurrahman adalah Harry St. John Pilby, yang merupakan agen Inggris. Philby menjuluki Abdul Aziz sebagai “Seorang Arab yang beruntung”, sementara Abdul Aziz menjulukinya dengan “Bintang Baru dalam Cakrawala Arab”. Philby adalah orang Inggris yang ahli Arab yang telah lama menjalin hubungan baik dengan keluarga Sa’ud sejak misinya ke Najed pada tahun 1917. Pada tahun 1926, Philby tinggal di Jeddah. Dikabarkan kemudian, Philby masuk Islam dan menjadi anggota dewan penasihat pribadi Raja pada tahun 1930. (lihat : George Lenczowsky, Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia, hlm.351).
Kerjasama Dinasti Sa’ud dengan Inggris tampak dalam perjanjian umum Inggris-Arab Saudi yang ditandatangani di Jeddah(20 Mei 1927). Perjanjian itu, yang dirundingkan oleh Clayton, mempertegas pengakuan Inggris atas ‘kemerdekaan lengkap dan mutlak’ Ibnu Sa’ud, hubungan non-agresi dan bersahabat, pengakuan Ibnu Sa’ud atas kedudukan Inggris di Bahrain dan keemiran Teluk, serta kerjasama dalam menghentikan perdagangan budak (ibidem, hlm.351). dengan perlindugan inggris ini, Abdul Aziz (yang dikenal dengan Ibnu Sa’ud) merasa aman dari berbagai rongrongan. Pada tahun 1916, Abdul Aziz menerima 1300 senjata dan 20.000 keping emas dari Inggris. Mereka juga berunding untuk menentukan perbatasan negerinya, yang ditentukan oleh Percy Cox, utusan inggris. Percy Cox mengambil pinsil dan kertas kemudian menentukan (baca : memecah-belah) perbatasan negeri tersebut. Tidak hanya itu, inggris juga membantu Ibnu Sa’ud saat terjadi perlawanan dari Duwaish (salah satu suku Nejed). Suku ini menyalahkan Ibnu Saud yang dianggap terlalu menerima inovasi Barat. Sekitar tahun 1927-1928, Angkatan Udara Inggris mengebom suku tersebut. Mengingat kerjasama mereka yang sangat erat, Inggris memberi gelar kebangsawanan ‘sir’ untuk Abdul Aziz bin Abdurrahman.
Persahabatan dengan AS
Persahabatan Saudi dengan AS diawali dengan ditemukannya ladang minyak di negara itu. Pada 29 mei 1933. Standart Oil Company dari California memperoleh konsesi selama 60 tahun. Perusahaan ini kemudian berubah nama menjadi Arabian Oil Company pada tahun 1934. pada mulnya, pemerintahan AS tidak begitu peduli dengan Saudi. Namun setelah melihat potensi besar minyak negara tersbut, AS dengan agresif berusaha merangkul Saudi. Pada tahun 1944, Deplu AS menggambarkan daerah tersebut sebagai, “Sumber yang menakjubkan dari kekuatan strategi dan hadiah material yang terbesar dalam sejarah dunia (a stupendous source of strategic power and the greatest material prize in the world’s history).”
Untuk kepentingan minyak secara khusus wakil perusahaan Aramco, James A.  Moffet.menjumpai Presiden Roosevelt (April 1941) untuk mendorong pemerintah AS memberikan pinjaman utang kepada Saudi. Utang inilah yang kemudian semakin menjerat negara tersebut menjadi ‘budak AS’. Pada tahun 1946, Bank Ekspor-Impor AS memberikan pinjaman kepada Saudi sebesar $10 juta dolar. Tidak hanya itu, AS juga terlibat langsung dalam ‘membangun’ Saudi menjadi negara modern, antara lain dengan memberikan pinjaman sebesar $100 juta dolar untuk pembangunan jalan kereta api yang menghubungkan ibukota dengan pantai timur dan darat. Tentu saja, utang ini kemudian semakin menjerat Saudi.
Konsesi lain dari persahabatan Saudi-AS ini adalah penggunaan pangkalan udara selama tiga tahun oleh AS pada tahun 1943 yang hingga saat ini terus dilanjutkan. Pangkalan Udara Dhahran menjadi pangkalan militer AS yang paling besar dan lengkap di Timur Tengah. Hingga saat ini, pangkalan ini menjadi basis strategis AS, terutama saat menyerang negeri Muslim Irak dalam Perang Teluk II. Penguasa keluarga Kerajaan Saudi dengan ‘sukarela’ membiarkan wilayahnya dijadikan basis AS untuk membunuhi sesama saudara Muslim. AS pun kemudian sangat senang dengan kondisi ini. Pada tahun 1947, saat Putra Mahkota Emir Saud berkunjung ke AS, dia menerima penghargaan Legion of Merit atas jasanya kepada sekutu selama perang. Hingga saat  ini, persahabatan AS dengan Saudi terus berlanjut walaupun harus menyerahkan loyalitasnya kepada AS dan membunuh sesama Muslim.
Negara Islam Semu. Salah satu kehebatan negara Saudi selama ini adalah keberhasilannya dalam menipu kaum Muslim, seakan-akan negaranya merupakan cerminan dari negara Islam yang menerapkan al-Quran dan Sunnah. Keluarga Kerajaan juga menampilkan diri mereka sebagai pelayan umat hanya karena di negeri mereka ada Makkah dan Madinah yang banyak dikunjungi oleh kaum Muslim seluruh dunia. Saudi juga terkesan banyak memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok Islam maupun negeri-negeri Islam untuk mencitrakan mereka sebagai ‘pelayan umat’ dan penjaga dua masjid suci (Khadim al-Haramain).
Akan tetapi, citra seperti itu semakin pudar mengingat sepak terjang keluarga Kerajaan selama ini, terutama persahabatannya dengan AS yang mengorbankan kaum Muslim. Arab Saudi menjadi pendukung penuh AS baik secara politis maupun ekonomi dalam Perang Teluk II. Saudi juga mendukung serangan AS ke Afghanistan dan berada di sisi Amerika untuk memerangi teroris. Untuk membuktikan kesetiaannya itu, Saudi, pada 17 Juni 2002 mengumumkan bahwa aparat keamanannya telah menahan enam orang warga negaranya dan seorang warga Sudan yang didakwa menjadi anggota Al-Qaeda. Tujuh orang itu didakwa berencana untuk menyerang pangkalan militer Amerika dengan rudal SAM 7. Masih dalam rangka kampanye AS ini, Saudi menghabiskan jutaan dolar untuk membuat opini umum – antara lain lewat iklan - bahwa Saudi adalah mitra AS dalam “perang antiterorisme.” (K.Com Newsweek, 03/5/2002).
Penguasa Saudi juga dikenal kejam terhadap kelompok-kelompok Islam yang enkritisi kekuasaannya. Banyak ulama berani dan salih yang dipenjarakan hanya karena mengkritik keluarga kerajaan dan pengurusannya terhadap umat. Tidak hanya itu, tingkah pola keluarga Kerajaan dengan gaya hidup kapitalisme sangat menyakitkan hati umat. Mereka hidup bermewah-mewah, sementara pada saat yang sama mereka membiarkan rakyat Irak dan Palestina hidup menderita akibat tindakan AS yang terus-menerus dijadikan Saudi merupakan negara Islam?Benarkah Saudi merupakan negara Islam?  Jawabannya, “Tidak sama sekali!” apa yang dilakukan oleh negara itu justru banyak yang dilakukan oleh negara ini justru banyak yang menyimpang dari syariat Islam. Beberapa bukti antara lain:
Berkaitan dengan sistem  pemerintahan, dalam pasal 5a Konstitusi Saudi ditulis: Pemerintah yang berkuasa di Kerajaan Saudi adalah Kerajaan. Dalam Sistem Kerajaan berarti kedaulatan mutlak ada di tangan raja. Rajalah yang berhak membuat hukum. Meskipun Saudi menyatakan bahwa negaranya berdasarkan pada Al-Quran dan Sunnah, dalam prakteknya, dekrit rajalah yang paling berkuasa dalam hukum. Sementara itu, dalam Islam, bentuk negara adalah Khilafah Islamiyah, dengan kedaulatan ada di tangan Allah SWT.
Dalam sistem kerajaan, rajalah yang juga menentukan siapa penggantinya; biasanya adalah anaknya atau dari keluarga dekat, sebagaimana tercantum dalam pasal 5c: Raja memilih penggantinya dan diberhentikan lewat dekrit kerajaan. Siapa pun mengetahui, siapa yang menjadi raja di Saudi haruslah orang yang sejalan dengan kebijakan AS. Sementara itu, dalam Islam, Khalifah dipilih oleh rakyat secara sukarela dan penuh keridhaan.
Dalam bidang ekonomi¸dalam praktiknya, Arab Saudi menerapkan sistem ekonomi kapitalis. Ini tampak nyata dari dibolehkannya riba (bunga) dalam transaksi nasional maupun internasional di negara itu. Hal ini tampak dari beroperasinya banyak bank ‘ribawi’ di Saudi seperti The British-Saudi Bank, American-Saudi Bank dan Arab Natinal Bank. Hal ini dibenarkan berdasarkan bagian b pasal 1 undang-undang yang dikeluarkan oleh Raja (no M/5 1386 H).
Saudi juga penyumbang ‘saham’ IMF, organisasi internasional bentuk AS yang manjadi ‘lintah darat’ yang menjerat Dunia islam dengan riba. Saudi adalah penenam saham no. 6 yang terbesar dalam organisasi itu. Ada bukti lain yang menunjukkan bahwa ekonomi saudi adalah ekonomi kapitalis, yakni bahwa Saudi menjadi tambang minyak sebagai tambang minyak sebagai milik individu (keluarga kerajaan dan perusahaan asing), padahal minyak adalah milik umum (milkiyah ‘amanah) yang tidak boleh diberikan kepada individu.
Kerajaan Saudi juga dibangun atas dasar rasialisme dan nasionalisme. Hal ini tampak dari pasal 1 Konstitusi Saudi yang tertulis : Kerajan Saudi adalah negara islam arab yang berdaulat (a sovereign Arab Islamic State). Sementara itu, dalam islam, khilafah adalah negara islam bagi seluruh kaum muslimin didunia, tidak hanya khusus orang arab. Tidak mengherankan kalau di Saudi ada seorang muslim yang bukan Saudi baru bisa memiliki bisnis atau tanah di Saudi kalau memiliki partner warga saudi. Atas dasar kepentingan Nasional, Raja Fatd pada 1997 mengusir ribuan muslim diluar Saudi (sebahagian besar dari India, Pakistan, Mesir, dan Indonesia) dari Arab Saudi karena mereka dicap sebagai pekerja ilegal . Bahkan, untuk beribadah haji saja mereka harus memiliki paspor dan visa. Sementara itu, dalam islam, setiap muslim boleh bekerja dan bepergian diwilayah manapun dari Daulah Khilafah Islamiyah dengan bebas. Pada saat yang sama, saudi mengundang ratusan non-Muslim dari Eropa dan tentara Amerika untuk bekerja di Saudi dan menempati pangkalan militer dinegara itu. Tidak hanya itu, demi keamanan keluarga Kerajaan, berdasarkan data statistik kementerian pertahanan AS, negara-negara Teluk (termasuk Saudi) sejak tahun 1990-november 1995 telah menghabiskan lebih dari 72 milliar dolar dalam kontrak kerja sama militer dengan AS tinggal di Saudi.
Apa yang terjadi di Saudi saat ini hanyalah salah satu contoh diantara sekian banyak contoh para penguasa Muslim yang melakukan pengkhianatan kepada umat. Tidak jarang, para penguasa penghianat umat ini menanamkan rezim mereka dengan sebutan negara islam atau negara yang berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah. Meskipun pada prakteknya jauh dari islam. Karenanya, umat islam wajib menyadari kewajiban menegakkan Daulah khilafah islamiyah yang sahih bukan semu. Daulah Khilafah Islamiyah inilah yang akan menerapkan hukum-hukum islam secara menyeluruh, yang pada giliran akan menyelesaikan berbagai persoalan umat ini. Tentu saja, hal ini harus dibarengi dengan melengserkan para penguasa pengkhianatan ditengah kaum muslimin. Inilah kewajiban kita semua saat ini. [FW]
Kehancuran Kota Makkah, Madinah dan Ta'if
Dari segi kemajuan tekhnologi tata ruang bangunan dan interior sebuah kota, Madinah sangat cantik dan modern serta memiliki kemajuan yang sangat pesat sekali, terutama bangunan-bangunan diseputar Masjid Nabawi dan tempat-tempat sekitar radius 5-10 kilometer  dari Masjid Nabawi. Namun dari sudut pandang sejarah, kota ini seakan-akan tidak memiliki lagi latar belakang sejarah kegemilangan Islam di masa lalu. Situs-situs sejarah banyak yang dihilangkan oleh pemerintah KSA yang berfaham wahabi, seakan-akan kota ini ingin dirubah seperti Newyork atau ala Singapura.
Perubahan dan penghancuran  yang terjadi adalah :
1.  Masjid Qiblatain, (masjid 2 kiblat), dulu tahun 1993 masjid ini memiliki 2 mimbar, satu menghadap Makkah, satu lagi menghadap Baytul Maqdis. Pada mimbar baytul maqdis tertulis dengan berbagai bahasa termasuk dalam bahasa indonesia, yang menceritakan bahwa mimbar ini sebelumnya digunakan sebagai mimbar Rosululloh SAW ketika sholat menghadap baqtul maqdis, namun setelah turun ayat (al-Isro..?) yang memerintahkan untuk merubah qiblat dari menghadap masjidil aqsho ke masjidil harom, Rosululloh SAW berpindah ke mimbar yang sekarang menghadap Masjidil harom (mimbar ke 2). Tapi sekarang ; mimbar yang menghadap Masjidil Aqso sudah dihilangkan sehingga tidak ada tanda lagi bahwa masjid ini memiliki 2 kiblat, sehingga sudah hilang nilai sejarahnya. "Masjid qiblatain" hanyalah tinggal sebuah nama saja, mimbarnya tinggal 1, sepantasnya nama pun berubah menjadi Masjid Qiblat, karena mimbarnya hanya satu.
2. Parit Handak, yang pernah digunakan Rosululloh SAW untuk menghalau musuh dalam peperangan, dulu tahun 1993 masih ada berupa gundukan tanah yang digali seperti lobang saluran air yang panjang, tapi kini khandak hanya tinggal nama, lokasinya sudah diuruk rata.
3. "Tanah basah" tempat dimana Syadina Hamzah terbunuh pada perang uhud, sekarang sudah ditutup dengan aspal yang tebal dan dijadikan lokasi parkir kendaraan. Tapi anehnya, walupun sudah dilapisi dengan aspal, aspalnya tetap basah hingga sekarang walaupun sudah 14 abad terpanggang sinar matahari. Konon tanah ini tetap menangis selama-lamanya karena ditumpahi darah Saydina Hamzah Rodiallohu-anhu, seorang yang sangat gagah berani di medan Uhud, sehingga terus-menerus basah walaupun sudah ditutup dan dilapisi aspal yang tebal.
4. Kota Madinah sebetulnya memiliki sebuah sumur abadi seperti halnya sumur zam-zam di Makkah, perbedaannya kalau sumur zam-zam itu asalnya adalah peninggalan Nabi Ibrahim AS, ketika Siti Hajar istrinya mencarikan air untuk memberi minum putranya Nabi Ismail AS. Tapi kalau di Madinah adalah peninggalan Rosululloh SAW, yang masih tetap mengeluarkan air hingga sekarang. Namanya adalah sumur "Tuflah", lokasinya dipinggiran kota Madinah. Tuflah asal katanya berarti air ludah, sumur ini dibuat semasa Rosululloh SAW dalam perjalanan menuju kota Madinah, namun ketika itu kehabisan persediaan air. Akhirnya Rosululloh SAW dengan mu'jizatnya meludahi dengan air ludahnya sendiri suatu tempat di padang pasir yang gersang itu, dan saat itu juga tanah itu mengeluarkan air dan hingga sekarang dijadikan sebuah sumur yang airnya sangat jernih sejernih zam-zam, dan tetap mengalirkan air hingga sekarang. Tapi sangat disayangkan, sumur ini sudah jelas sebagai peninggalan sejarah dimasa Rosululloh SAW, tidak dilestarikan sama-sekali bahkan dibiarkan saja oleh Pemerintah KSA sehingga nampak kusam dan tidak terurus sama-sekali.
5. Maqam Zaid bin al-Khattab r.a yang gugur sebagai syuhada' Yamamah ketika menumpaskan gerakan Nabi Palsu (Musailamah al-Kazzab) di negeri Yamamah ketika akan dihancurkan  dihalang-halangi oleh ahli kaum Badwi yang tinggal berdekatan maqam tersebut tapi usaha mereka itu gagal karena pihak kerajaan menyediakan 600 orang tentera untuk merobohkan maqam itu. Di Ta'if maqam Ibnu Abbas r.a juga dibongkar termasuk juga kubah yang didirikan di atas kubur Saiditina Khadijah r.a, isteri Nabi kita Muhammad SAW.
6. Bukan hanya itu tempat-tempat bersejarah Islam seperti rumah tempat lahir Nabi, rumah Ummul Mu’minîn Khadijah, tempat tinggal Nabi dihancurkan. Merobohkan puluhan kubah di Ma’la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, memusnahkan kubah zamzam, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut.[ Takmilah al-Sayf al-Sayqal, h.190, untuk penelitian selanjutnya, lihat: Al-Jabarti, Kasyf al-Irtiyab, h.40.] Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang terbuat dari sutra. Meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma’la (Mekkah), di Baqi’ dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, namun karena gencarnya desakan kaum Muslimin International maka dibangun perpustakaan. Kaum Wahabi benar-benar tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam. Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi manasik haji akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi karena banyak yang menentangnya maka diurungkan. Pengembangan kota suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tidak mempedulikan situs-situs sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang menjadi saksi sejarah Rasulullah SAW dan sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena khawatir dijadikan tempat keramat. Bahkan sekarang, tempat kelahiran Nabi SAW terancam akan dibongkar untuk perluasan tempat parkir. Sebelumnya, rumah Rasulullah pun sudah lebih dulu digusur. Padahal, disitulah Rasulullah berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat itu juga putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah meninggal.
7. Yang lebih mengenaskan lagi goncangan pertama terhadap dunia Islam yaitu, rumah Abdul Muthalib dijadikan WC, rumahnya Abu Thalib dijadikan kandang khimar Kalau tidak diprotes kaum Muslimin sedunia, kuburan Nabi pun sudah diratakan dengan tanah. 300 bangunan bersejarah di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir. Sebagian besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada 1932.  
Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis, ”Pelestarian bangunan bangunan bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim pada penyembahan berhala” Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam sejak masa Ar-Rasul SAW. Sebaliknya mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, tidak diragukan lagi ini merupakan pelenyapan bukti sejarah yang akan menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari.
Mungkinkah wahabi tidak terlalu suka peninggalan Rosululloh SAW? Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala Wahabi. Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan wahabisme paling punya andil dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang situs-situs sejarah itu bisa mengarah kepada pemujaan berhala baru. Pada bulan Juli yang lalu, Sami Angawi, pakar arsitektur Islam di wilayah tersebut mengatakan bahwa beberapa bangunan dari era Islam kuno terancam musnah. Pada lokasi bangunan berumur 1.400 tahun Itu akan dibangun jalan menuju menara tinggi yang menjadi tujuan ziarah jamaah haji dan umrah.
Pembantaian, perampok harta dan pemerkosaan
Pada bulan April tahun 1801, mereka membantai kaum Syi’ah di Karbala'. Seorang penulis Wahhabi menulis: ‘Pengikut Ibnu Su’ud mengepung dan kemudian menyerbu kota itu. Mereka membunuh hampir semua orang yang ada di pasar dan rumah-rumah. Harta rampasan [ghanimah] tak terhitung Mereka hanya datang pagi dan pergi tengah hari, mengambil semua milik mereka. Hampir dua ribu orang dibunuh di Karbala’ . Muhammad Finati, seorang mualaf Italia yang ikut dalam pasukan Khalifah ‘Utsmaniyyah yang mengalahkan kaum Wahhabi menulis : ‘Sebagian dari kami yang jatuh hidup-hidup ke tangan musuh yang kejam dan fanatik itu, .dipotong-potong kaki dan tangan mereka secara semena-mena dan dibiarkan dalam keadaan demikian. Sebagian dari mereka, aku saksikan sendiri dengan mata kepala tatkala kami sedang mundur. Mereka yang teraniaya ini hanya memohon agar kami berbelas kasih untuk segera mengakhiri hidup mereka.’ Kabilah-kabilah yang tidak mau mengikuti mazhab mereka dianggap kafir ‘yang halal darahnya’. Dengan demikian mereka tidak dinamakan perampok dan kriminal lagi, tapi kaum ‘mujahid’ yang secara teologis dibenarkan membunuh kaum ‘kafir’ termasuk wanita dan anak-anak, merampok harta dan memperkosa istri dan putri-putri mereka yang dianggap sah sebagai ghanimah. Hanya sedikit yang dapat melarikan diri. Setelah lebih dari 100 tahun kemudian, kekejaman itu masih juga dilakukan. Tatkala memasuki kota Tha’if tahun 1924, mereka menjarahnya selama tiga hari. Para qadi dan ulama diseret dari rumah-rumah mereka, kemudian dibantai dan ratusan yang lain dibunuh. Mereka juga telah membantai ribuan orang di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang dinamakan Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri dari para ulama yang sholeh dan alim, bahkan anak-anak serta balita pun mereka bantai di hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun 1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih memberantas bid’ah. Pernah suatu ketika salah seorang lelaki buta yang memiliki suara yang bagus bertugas sebagai muadzin, dia telah dilarang mengucapkan shalawat di atas menara, namun lelaki itu selesai melakukan adzan membaca shalawat, maka langsung seketika itu pula dia diperintahkan untuk dibunuh, kemudian dibunuhlah dia, setelah itu Muhammad bin Abdul Wahhab berkata : “perempuan-perempuan yang berzina dirumah pelacuran adalah lebih sedikit dosanya daripada para muadzin yang melakukan adzan di menara2 dengan membaca shalawat atas Nabi. Golongan yang lain adalah sesat dan bid’ah serta lebih berbahaya daripada golongan fasik Salafi meyakini golongan lain yang berbeda dengan mereka sebagai sesat dan ahlu bid’ah. Golongan bi’dah ini lebih berbahaya dari pada golongan fasik (pelaku maksiat), karena golongan fasik masih bisa dinasehati dan diajak kejalan yang benar karena mereka tahu telah berbuat maksiat, sedangkan ahlu bid’ah tidak tahu bahwa mereka telah sesat, sehingga sulit untuk diajak kejalan yang benar. “Sebab pelaku maksiat masih bisa diharap untuk bertaubat, karena dia merasa berdosa dan tahu bahwa dirinya berbuat maksiat. Berbeda dengan ahli bid’ah, sedikit sekali kemungkinannya untuk bertaubat. Karena mubtadi’ (pelaku bid’ah) menyangka kalau dirinya diatas kebenaraan, dan menyangka bahwa dirinya orang yang taat serta diatas ketaatan.
Tiada lain semua peristiwa diatas terjadi akibat faham yang telah ditanamkan oleh MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB kesetiap hati-hati orang islam dan faham ini juga telah disuntikkan kepada yang lemah keyakinannya, yang sedikit ilmunya, yang banyak makarnya, orang yang kurang akalnya atau orang jahat yang tidak memiliki pemahaman yang telah merebak keseluruh dunia termasuk Indonesia.
Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dari keluarga klan Tamim yang menganut mazhab Hanbali. Ia lahir di desa Huraimilah, NAJED, yang kini bagian dari Saudi Arabia, tahun 1111 H [1700 M] Masehi dan meninggal di Dar’iyyah. tahun 1206 H [1792 M.]. Ia sangat terpengaruh oleh tulisan-tulisan seorang ulama besar bermazhab Hanbali bernama Ibnu Taimiyah yang hidup di abad ke 4 M.. Untuk menimba ilmu, ia juga mengembara dan belajar di Makkah, Madinah, Baghdad dan Bashra [Irak], Damaskus[Syria], Iran, termasuk kota Qum, Afghanistan dan India
AS-Sayyid Ahmad ibn Zayni As Syafii (d. 1304/1886)  Mufti Mekkah dan syaikhul Islam dan pemimpin agama tertinggi untuk daerah Hijaz  dalam kitabnya Fitnat al-Wahhabiyyah menulis  hadist-hadits Nabi SAW telah sangat jelas menerangkan : Fitnah itu datangnya dari sini, fitnah itu datangnya dari arah sini, sambil menunjukkan ke arah timur NAJED, (tempat lahirnya  Muhammad Bin Abdul Wahab) (HR. Muslim dalam Kitabul Fitan)
“Akan keluar dari arah timur (NAJED) segolongan manusia yang membaca Al-Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul).” (HR Bukho-ri no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban
Nabi SAW pernah berdo’a: “Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman,” Para sahabat berkata: Dan dari NAJED, wahai Rasulullah, beliau berdo’a: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga kalinya beliau SAW bersabda: “Di sana (NAJED) akan ada keguncangan fitnah serta di sana pula akan muncul tanduk syaitan.”, Dalam riwayat lain : dua tanduk syaitan.  Siapa lagi syaitan yang disebutkan oleh Rasulullah kalau bukan Muhammad Bin Abdul Wahab dan Muhammad bin Su’ûd
“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS: An-Nisa 115)
Dalam keterangan Zaini Dahlan yang lain dikatakan bahwa “ bapaknya `Abd al-Wahhab, saudaranya Sulayman dan guru-gurunya telah dapat mengenali tanda2 penyelewengan agama (ilhad) dalam dirinya yang didasarkan kepada perkataan, perbuatan dan tentangan Muhammad bin abd wahab terhadap banyak persoalan agama.”[ Zaini Dahlan, al-Futuhat al-Islamiyah, Vol. 2, h.357.] dari kalangan para ulama dan huffadz juga telah banyak menolak faham wahabi diantaranya : Al-Amrawi, Abdul Hayy, dan Abdul Hakim Murad (Universitas Qarawiyyin, Maroko): Al-tahdhir min al-ightirar bi ma ja'a fi kitab al-hiwar. Al-Buti, Dr. Muhammad Sa`id Ramadan (Universitas Damaskus): Al-salafiyyatu marhalatun zamaniyyatun mubarakatun la madhhabun islami. Al-Shatti al-Athari al-Hanbali, al-Sayyid Mustafa ibn Ahmad ibn Hasan, Mufti dari Syria: dengan tulisannya: al-Nuqul al-shar'iyyah fi al-radd 'ala al-Wahhabiyya dan masih banyak lagi     
Masjid As Salafi Dibakar Massa Rabu, 21 Juni 2000, @19:39 WIB
Pekanbaru -- Sebuah masjid di Dusun Kubang, Desa Teratak Buluh, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar (Riau), Rabu (21/6) siang menjadi sasaran amuk massa. Rumah ibadah itu dirusak dan dibakar karena dicurigai tempat penyebaran ajaran sesat. Camat Siak Hulu, Drs. Jamaluddin Wahid kepada wartawan di tempat kejadian peristiwa (TKP) membenarkan hal itu. Diakuinya, sebelum aksi pengerusakan dan pembakaran, sejumlah warga memang sudah melaporkan adanya ajaran sesat di kampung mereka. "Tetapi saya benar-benar tidak tahu, massa ini kembali ke masjid jamaah As-Syalafi untuk melakukan tindakan anarkis, seperti pengerusakan dan pembakaran," ujarnya. Jamaluddin sangat menyesalkan terjadinya peristiwa tadi. Apalagi yang dipertikaikan hanya menyangkut masalah khilafiah agama yang tidak terlalu tajam. Persoalan tersebut bisa diselesaikan secara musyawarah dan mufakat. Ketua Pemuda Dusun Kubang, H. Abdul Muis saat dikonfirmasikan Berpolitik.Com menyatakan, ajaran As-Syalafi itu merupakan agama sesat. Semisal, membaca Surat Yasin merupakan suatu dosa yang dikategorikan sama dengan berzina. "Selain itu, ajaran yang sempat berkembang pada sebelas Kepala Keluarga (KK) juga tidak memperbolehkan mewudhukan, mensholatkan, dan mendoakan orang yang sudah meninggal dunia," tukasnya.
Pernah, lanjut Abdul Muis, seorang warga diceraikan suaminya gara- gara tidak mau ikut jamaah As-Syalafi. Ajaran ini, menurutnya, sudah berlangsung selama setahun lebih. Para jamaahnya melakukan wirid pengajian setiap hari Selasa dari ketua masjid yang kini sudah menjadi abu yakni H. Samid dan ustadznya, Zul Akmal. Pemantuan Berpolitik.Com di TKP menemukan, aksi itu tidak saja melibatkan para pemuda dan kaum lelaki tapi juga ibu rumah tangga. "Terus terang kami jengkel dengan jemaah ini. Masak karena tidak mau mengikuti pengajian setiap Selasa, seorang kaum kami diceraikan suaminya," tukas Ny. Aisyah lagi. **
Rasulullah saw juga bersabda: “ Apabila bid`ah timbul dan orang-orang yang terkemudian daripada umat ini melaknat orang-orang yang terdahulu, maka barang siapa yang memiliki keilmuan, maka hendaklah menyampaikannya. Sesungguhnya orang yang menyembunyikan keilmuannya pada hari itu seumpama orang yang menyembunyikan apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad.”
Para Siddiqin r.a  dari keluarga Rasulullah saw mengatakan bahwa: “ Apabila bid`ah lahir, maka orang alim hendaklah menzahirkan keilmuannya, sekiranya dia tidak berbuat demikian, cahaya keimanan (Nur al-Iman) akan hilang.”

Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai faham yang hanya berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kebenaran yang sesunggguhnya telah terlihat ahli syirik dan ahli bid’ah yang sesungguhnya adalah MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB DAN PENGIKUTNYA. Bagi anda yang telah terlanjur mengikuti jejaknya. ALLAH SWT masih tetap membuka pintu taubatnya.  

Selahkan bertanya atau komentar dan beri saran atau masukkan ^_^
Di larang mengirim link aktif (link aktif otomatis di hapus)